(Yang sempat kutitipkan pada gelap pekatnya mendung sore ini) |
Meski kaki dan ragaku tak injakkan sosok
seperti Jumat-Jumat malam telah berlalu
untuk menemui jiwa-jiwa dalam kepolosannya
hasrat saling menumpahkan panjangnya waktu
namun rohku telah mendahului melebarkan tangan
menyambut dan memeluk sejuknya dingin pagi
lantas gegas membangunkan lelap tidur embun
memandikan dengan mengalirkan air suka duka
membedaki sekujur tubuh mereka dengan taburan
nilai-nilai kebijak bajikan rindu rupa
meski hanya gambar foto usang termakan usia
Hausnya kerinduan yang berhenti pada pangkal leher ini
tersamarkan hamparan lautan kertas dan baris kolomnya
yang menghitam sebagian tanggal bukan karena tua
terkaburkan belantara kabut berkawan gelegar cemeti langit
wajah-wajah halus kecil pada lengan makin menggelayut
lemahkan keras kenyalnya kepiluan rasa iba menjadi bait
terombang-ambing lajunya angin beriring kilatan pedang bunga api
yang mengabukan pucuk pohon angan-angan di tiap mahkotanya
asal untaian kata dan rasa rinduku singgah pada kelambu
lantas mereka merasakan betapa hangatnya pagi itu
karena kerinduan tak sampai membekukan roh dan raga kami
baru… seminggu kemudian jiwaku tiba lebih dahulu
menghampiri, memeluk, dan singgah
pada angan mereka selamanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar