Kamis, 11 Juni 2015

RIBUAN METER DARIKU


WANITA DI RATUSAN RIBU METER DARIKU

Kamu ada diantara  dua kaki langit
Ratusan ribu meter dari tempatku berdiri
Kadang tampak nyata di sisi mata
Sekali waktu menjauh tak menentu

Ketika aku mencoba mendekat
Menyentuh nurani  yang terhalang sekat
Jejakmu tak bergeming setapak sejengkal
Lalu bersembunyi di balik kabut menebal

Aku coba berkeliling menemukan pintu hati
Sekedar saat awal mengunjungi duniamu
Yang kucari menampakkan diri tapi sembunyi
Terhalang ratusan ribu meter jarak ditempuh

Hatiku mengatakan pintumu terbuka
Bahkan segala isi jiwa putih dan hitam
Terbaca meski tanpa ejaan dan kata
Di kejauhan tatkala kuberdiri di kelam
Tapi tak juga kutemukan kunci pembuka

Jiwaku coba menerka permainan lambang
Penuh kehati-hatian biar makna tak hilang
Salah tafsir dan sangka bukan penghalang
Memberi nilai pembaca hati tak ragu bimbang
 Ini permainan rasa yang di antara
Bisa tidak dan ya jawabannya
Bisa tertawa dan kecewa akibatnya
Bisa sementara dan selamanya rasanya

Wanita di sana…ratusan ribu meter dariku
Lembut lemahmu membuat bertekuk lutut dunia
Kehalusan kulitmu menampakkan keperkasaan
Kedekatanmu padaNya menambah kecantikan
Mampu membuka tingkab-tingkab langit cahayaNya

Wanita di sana…ratusan ribu meter dariku
Keibuanmu mampu mengenalkan gegap gempita dunia
Pada dua kuntum bunga harapan hidupmu
Tanpa harus tenggelam terbawa deras arusnya

Kesendirianmu mengajarkan kearifan
bagaimana kelak menggenggam dunia …
Pada dua bidadari cantik buah cintamu
“dari kisah cerita singkat perjalanan hidup bersamanya..”
meski tak selesai latar, penokohan, dan sudut pandang
karena DIA
 sang penulis mengambilnya

Wanita di sana…ratusan ribu meter dariku
tetaplah menjadi lembut halus dalam keperkasaanmu
tetaplah dekatkan cantikmu pada-NYA
tetaplah dalam keibuan buat dua buah hatimu
tetaplah mencoba lanjutkan cerita hidup ini
sampai lembar akhir buku….

Suroboyo, setengah loro awan
Senin selawe juni rongewu molas


KARENA ADA DALAM WARNA PUTIHMU


DALAM WARNA PUTIHMU

Aku mencoba sambil menari-nari
merajut bunga merangkai kata
kuselipkan pada padatnya waktumu
agar indah redup sayu mata itu

Aku mencoba berlari-lari
mengubah kehendak menjadi harapan
untuk menyegarkan lelah jemarimu
setelah kau pakai menandai keceriaan
bersama jiwa yang menyebutmu Bunda

Tak akan kuberani menarik
apalagi sampai menghardik
takut kuku panjangku melukai hatimu
meski sekali waktu kaupun merasa
“sudah terlanjur luka…”
tapi darah tak menetes merah
lukamu pun  enggan membuka
hingga mengering sendiri
seiring perjalanan waktu

Putihmu kekuatan dekatnya Tuhan
sedang dalam putihmu aku kelabu

Putihmu pagar kawat berduri
tak mudah terlewati dan perlu hati-hati

Putihmu melenyapkan kesadaran
menyamarkan tiap warna kilauan

Di depan putihmu aku tak berdaya
kekuatanku menyusun kata sirna seketika
terkalahkan warna putih kesucian hati
yang semerbak harumnya wujud nyata
pada pesona rupawan nan cantik halus
dari gemulainya langkah gerak tutur budimu

Luapan gelora samuderaku surut menyusut
Tak hendak hati 
memporak porandakan putih itu
Tak sampai niatku 
mencerabik keindahan mimpi

Doa pujian kebesaranNYA 
melantun dari bibirmu
bak cerita siang hari 
dan kidung pada malamnya
tak nampak waktu menghela napas sedetik
sampai dini pada batas pagi memetik hari
tak kutemukan kelelahan dan keputusasaanmu
menghentikan niat hasrat mimpi indahmu
sampai DIA penguasa segala penguasa
menjawab nyanyian pujian dan doa..
dalam lembar-lembar warna putihmu

                                                                        suroboyo rolas patangpuluh
sepuluh juni rongewumolas