Senin, 05 Desember 2011

SENJA PEREMPATAN NADI SURABAYA

Pada pelana punggung sepeda motor tuanya
lelaki paruh baya menyusuri senja
pada jantung kota detak nadinya melemah
bersama redupnya hingar bingar berbagai ulah
perhelatan kolosal perjalanan naskah kehidupan
di pentas panggung terbesar karya tangan Tuhan

Kanan kirinya gedung-gedung sedang mengalami obesitas
gedung yang tak pernah mau memangkas runcing kuku jari
bahkan sengaja agar tajamnya mampu mencabik birunya langit
bersamaan waktunya kelembutan tangan renta kota
mencoba menimang dan menidurkan tiga juta rasa
yang belum terlampiaskan dan tak sempat terejakulasi hari itu

Sebab malam akan segera menyergap antagonisnya kota
lalu kekacauan terendapkan oleh kemanjaan senja
meski jalan pendulum arlojinya berbalik arah ke kiri

Tatapan mata lelaki paruh baya tersandera
oleh hijau kuning dan merahnya pengatur pacuan hidup
tepat pada sasaran senyum si penarik becak
tangannya menggelincirkan upah hasil menggadaikan nafas
dengan harapan impas membeli obat luka pada kakinya

Di bawah meranggasnya ranting peneduh perempatan persimpangan
anak perempuan kecil mengulang-ulang hitungan keping logam
jerih susah melemahkan ketamakan hati penikmat kemolekan kota
dari bibir menghitamnya terdengar nyanyian tak jelas nadanya
sesekali rapuh ranting kering terhempas hembusan angin
terjatuh menyentuh kepala menempel pada rambut lusuhnya
tapi sayang harapannya untuk bisa mendengar gemerincing
kepingan uang logam hasil hitungnya tak senyaring
bersatunya tutup-tutup botol minuman soda pada bilah kayu
yang setia mengiringi tidak merdunya setiap alunan nada

Di sudut jalan masih di perempatan persimpangan yang sama
anak lelaki memeluk erat koran di antara lutut dan harapannya
di bawah kanopi sebuah toko roti yang belum pernah ia rasai
tangan kirinya erat pula menggenggam lembar-lembar uang kumal
habis waktu datang dan perginya hujan berakhir gerimis
imbalan warta dan berita tentang permainan nasib kota
yang telah berhasil dijualnya senja itu pula

Tetap di perempatan persimpangan tengah kota
lelaki paruh baya menyusuri senja
bersama ratusan gambar gaya hidup manusia
dari si melarat si sedang sampai si kaya maha raya
dalam ereksi keinginan berbeda harga jangkauan
terukur oleh tiga warna kuning merah dan hijau
untuk segera melesatkan roda ke tujuannya

perempatan persimpangan berikut tetap berlanjut
lelaki paruh baya menyusuri senja bertemu tiga warna yang sama
warna penanda pacu kendali kencangnya kehidupan
tetapi bayangan penarik becak perempuan kecil usia belia
tubuh kumal anak lelaki yang memeluk koran dan kota
melengkapi tiga warna senja persimpangan kehidupan
menjadi hijau kuning merah dan hitam
sepekat hitamnya mendung senja itu
sehitam asap cerobong knalpot sepeda motor tuanya

Surabaya, 24 November 2011

Senin, 21 November 2011

AKU INGIN BERDOA


Tuhan pagi ini aku ingin berdoa bersama sembilanbelas muridku
Di kelas meski tanpa hening sunyi karena hati mereka enggan
Melupakan nikmatnya sarapan pagi tadi bersama pembantunya

Tuhan pagi ini aku berdoa bersama enambelas muridku
Di kelas meski tanpa ada kesenyapan dini hari
Karena tiga muridku tak masuk kelas “sakit” kata ibunya
Meski sesungguhnya keyakinanku berkata mereka masih lelap tidur
Karena semalam hingga jelang fajar terkena tipuan permainan
Dunia tak sebenarnya maha cipta teknologi yang makin men”dewa”

Tuhan pagi ini aku berdoa bersama sepuluh muridku
Di kelas tetap dalam kegaduhan yang membentuk pola kebiasaan
Karena sembilan muridku sengaja tak menampakkan kesatriaannya
Hanya untuk memamerkan solidaritas lepas kendali

Tuhan pagi ini aku masih berdoa bersama tiga muridku
Di kelas masih dalam keriuhan gaya belajar hidup mereka
Bak lebah rimba menjaga sarang madunya
Karena delapan muridku sakit yang delapan tertular wabahnya

Tuhan pagi ini aku berdoa sendiri tanpa satu pun muridku
Kali ini dengan keramaian hiruk pikuk tanda tanya hatiku
dimana kemana sedang apa dan bagaimana mereka

Tuhan, aku ingin berdoa besok pagi di kelasku
Dalam kesenyapan hening sunyi tanpa kegaduhan pikiran
Tanpa keriuhan suara dengung lebah penyengat kepala
Bersama sembilan belas muridku

Mudah-mudahan serum imunisasi saat ia bayi
Mengebalkan dirinya dari pengaruh kerapuhan
Pikiran jiwa kepribadian karakter dan ketaatannya padaMu

Dan amin dalam doaku tak sia-sia
                  
                             Surabaya, 15 November 2011

Jumat, 18 November 2011

DOAKU METAMORFOSIS

Tuhan,maaf jika setiap hari
doa yang kusampaikan kepadaMu
tak pernah berubah huruf dan bunyinya
karena aku tak sepandai pak pendeta 
dalam merangkai indahnya kata

Engkau tetap mendengarku bukan?

Tuhan, maaf jika dalam pejam mataku
saat membaca rapal huruf bunyi lambang itu
tak seperti mantera-mantera
dan tak meneteskan air mata keharuanku
karena hatiku tak sepeka suksma mereka
dalam mengadukan berbagai keinginan kehidupan
lewat permohonanku

Engkau tetap mengusap wajahku bukan?

Tuhan, maaf jika aminku kurang "n"
asal menurut nuraniku itulah kesungguhanku
kadang kurang "s" saat menyapa nama Yesus
bahkan tak terdengar bunyi "Kris" 
saat menyebut nama Kristus

Engkau masih mau mengajarku bukan?

Agar rapi kalimat doa-doaku
hingga "n,s, dan Kris" melengkapi kata
lantas doaku menjadi sempurna

Tuhan, ampuni aku jika aminku yang hilang "n"
berubah suara dan nada seketika menjadi "Amen"
karena sesungguhnya "i" dan "e" tak jauh beda
hanya salah tempat saja di hembusan napasku
layaknya makan nanas tanpa kukupas
dan kupaksakan agar menjadi pantas

Engkau tetap tak berpaling dariku bukan?

Tuhan, jika suatu saat nanti
doa dan ratapanku tertata rapi
seperti di kelas tempatku mengabdi
huruf kata kalimatnya indah bak puisi
dan keluhan yang kusampaikan berteman keharuan

Itu bukan ketamakanku Tuhan

Tolong, jangan beritahu teman-temanku
kalau "n" yang hilang telah kutemukan menjadi "amin"
dengan keriangan iman menutup setiap doa-doaku
kalau "s" yang dulu samar terucap kini terlafal jelas
dan kalau "Kris" yang sempat tak terucap
kini semakin nyaring kusebut
dan "Amen"ku kembali ke asalnya "Amin"

Doa-doaku akan terpecah dari ulat menjadi kupu-kupu
di tengah taman indah warna-warni 

Surabaya, 15 November 2011


























Rabu, 01 Juni 2011

PEMBUAT PILU (PEMILU)

-->
MARI BICARA

mari kita mulai bicara
bicara tentang Atmo si sopir taksi
tak banyak uang dia punya
seketika kaya raya dalam mimpi
punya rekening isinya ratusan juta
pelarian pajak dan mafia

mari kita mulai bicara
bicara tentang Ryan bernyali besar
cita-citanya sebagai pedagang daging
kandas di gelapnya kamar penjara
karena cincangannya daging manusia

mari kita mulai bicara
tentang mbah Minah di Banyumas
nemu kakao ketika mencari kayu
masuk penjara dan impas

mari kita mulai saja bicara
tentang TKW Sumiati dan Siti Hajar
gajinya devisa bagi Negara
tetapi  badannya memar-memar

mari kita mulai saja bicara
pembangunan gedung kemurkaan
biayanya rampokan rakyat jelata
pondasinya lapuknya gedung sekolah
tiang pancangnya beralas kelaparan
jiwa-jiwa di pelosok negeri yang kurang gizi

mari segera saja bicara
tentang idealisme para mahasiswa
teriakannya sepanjang hayat
katanya berdemo demi rakyat
eh..akhirnya malah berkhianat

mari jangan ragu bicara tentang Inong Melinda
yang sakti mandraguna bisa mengubah tubuhnya
dari bola kasti menjadi sebesar semangka
bukan sembarang nama kumpulan mobilnya
untuk  membawa uang nasabahnya

mari jangan ragu bicara
tentang segala jenis bom
yang suara meledaknya
hanya mengagetkan tidur bayiku
agar kabar tertangkapnya pejabat
pengemplang duit dan harta rakyat
tersamar kabur dari pandangan
sampai pelakunya juga kabur

mari jangan ragu bicara
tentang manusia  wakil kita “si dewan”
tapi ngaku menjadi “dewa” pada siapa saja
yang kuasa memuluskan segala perkara
sambil nonton tayangan asusila
saat rapat dewan paripurna

mari kita ngaku saja berbicara
semua rusaknya sendi bangsa dan negara
tak jelasnya keadaan nasib dan arah bangsa
karena memang demikianlah keadaan sebenarnya
di sini di negeri ini
yang katanya gemah ripah loh jinawi
thukul tanpo tinandur murah tanpo tinuku
konon menurut pelajaran dan diktat serta buku
beradab dan beradat

mari sekarang dengan malu kita bicara
jika terlalu malu bisa sambil bersembunyi
“mengapa ini terjadi di tanah ibu pertiwi?”

Jangan lari…mari kita benahi !

                                     

                                      Surabaya, 12 Mei 2011

MENJAWAB KEGUNDAHAN HATI

-->
PEMBICARAAN
Untuk sementara kesepakatan kita belum putus
harapan kecemasan sengaja diambangkan
menginjak tanah tanpa berani bersuara
sampai sang penentu mengetukkan palu
tanpa jalan persidangan dan tanpa pertimbangan
tak mengalahkan tetapi juga tidak memenangkan

Bibir pecah kering lahirkan kata-kata iba
bergumamnya pun  disambut sia-sia
mungkin suara kita tak sempat singgah
datang bertandang pada perjamuan
padahal kemerduan pembicaraan kita
memenuhi pundi-pundi tembikar

Harapan terlemparnya galah di tiap ombakku
tidak gegas roboh dari rumpunnya
meski hari sudah hampir gelap
seketika melemahkan syahwat duniaku

Apakah kita mesti berteriak dalam bicara?
Yang tiap kata dalamnya diasah dulu dengan gerinda batu?

Pembicaraan kita tetap pada bujur
penunjuk arah selatan utara
dan tiap kata-kata kita bicara
tetap ada riak-riak sebagai tanda hormat
tidak berubah tetap pada sumbu kutubnya

Aku mengerti karena kutub berbalik arah
ternyata pembicaraan harus melibatkan lidah
dan jangan anggukkan kepala dengan mudah
sebab harapan pada akhir maksud bisa tak indah

Seperti pembicaraanku kala itu
Sekarang dan mungkin esok

                                      Surabaya, 12 Mei 2011

Rabu, 13 April 2011

GARAM DAN BARA API

Garam pada genggamanku senantiasa kutaburkan
di tiap benih pada luasnya hamparan petak tanah
agar biji tumbuh tersemai tiap titik jengkalnya
dan kuncup bunganya menjadi buah siap petik
tinggal menunggu sambil menyiangi waktu

Apa lacur benih tak kuncup tunas
tunas tak mekar bunga bunga tak bakal buah
garam taburanku rasanya terserak di laut lepas
asinnya tak mampu hambarkan rasa samudera
biji benih itu laksana jatuh di bebatuan
Arangku telah habis besiku telah berkarat
baraku selama ini hanya membakar asap
berharap biji yang bertebaran di laut bakal menjadi pulau
air pancuran segera terbit lalu ulam pucuk segera menjulai
celaka, berbaliklah angin berkeliling beradulah ombak bersabung


Selama ini aku menjadi bambu tertiup angin
batangku tak berderit meski puyuh menepuk air
berubah menjadi prahara di muka pantai hingga daratan
di ladang tanganku mencencang bahuku memikul
agar tebaran benih-benih mengerti
kuncup tunasnya mengarah ke matahari

Karena aku yakin. . . .
bara api yang kugenggam akan segera menjadi arang



Selasa, 12 April 2011

PUISI AKHIR TAHUN AJARAN


(untuk para muridku di SMP PMB 1 Kutoarjo, SMP dan STM Widhodho Purworejo, SMP Petra 5 Surabaya, SMP Santo Yusup Joyoboyo Surabaya, SMP dan SMA Cita Hati Surabaya)

Akhir tahun ajaran ini genap dua puluh tahun
jiwa dan hatiku menelusuri lorong-lorong sekolah
dari satu pintu kelas ke pintu kelas yang lain
dari satu gerbang sekolah ke gerbang yang lain pula
sekadar untuk membantu membukakan kunci cakrawala
memaparkan sedikit pengetahuanku pada karpet ungu
yang ujungnya tersimpul di gapura keemasan sudut dunia
agar telapak murid-muridku pula telapak kakimu
tak memar dan tak terluka saat menapakinya
lalu mereka, pula kamu segera temukan kaki langit
dan jari lentikmu menggenggam erat bintang-bintangnya

Syukurku pada Tuhan, mempunyai murid sepertimu
yang tak sedetik pun lewatkan putaran jam ajarku
yang tak sekejap pun palingkan tatapan dari papan tulisku
yang tak sekali pun abaikan PR latihan dan tugas harianku
yang tak pernah tak hiraukan lemahnya suara parauku
yang selalu menghargai lambatnya waktu berputar berulang
yang berani mencoba nyalakan lilin agar samar berganti terang
yang dengan lembut membelai angin agar perahu kelasku tenang
yang melambungkan banggaku karena kesantunanmu bukan patah arang
yang tanpa ragu berani menggunting tinta merah menjadi hitam biru

Seandainya semua kuncup puspa di taman ini
tebarkan harumnya aroma hikmat seperti yang kau miliki
pastilah terjalnya gunung dan bukit di punggung bumi ini
akan memberi kemudahan untuk kalian daki
dan karpet ungu yang kupaparkan sampai batas tepi
akan berubah menjadi hamparan sutera permadani
yang kelak menerbangkanmu dekat pada bintang
hingga mudah dipetik dan terbawa pulang
untuk kaupersembahkan pada orang tua dan dunia

APRIL TUJUH BELAS TAHUN YANG LALU



(mengenang kesediaan seorang wanita 17 tahun lalu yang kini menjadi pendampingku)

Aku memberanikan menempa besi panas dengan telapak tanganku
menjadi penyangga rangka tegakkan tiang bentangan kain layar
pada kayu yang terlanjur roboh tertebang meski belum tua benar
telapak menepuk mencoba memanggil angin yang kala itu pulas
agar desiran yang dihembuskannya menjadi awan pada bibir pantai
meniupkan halus dan dingin pada layarku hingga menjadi cembung
pertanda perahu kertasku menggeliat meningggalkan dermaga
menantang dan mengiris riak buih si ombak kecil saat air pasang

Kenekatanku bukan coba-coba nyalakan kayu menjadi bara api
pada batang dayung yang lebih besar dari lenganku sendiri
ini anugerah dan kesempatan pengujian lipatan kertas-kertas
yang lantas menjadi perahu pengarung batang sungai
penghantar ke samudera lautan lepas, ganas, tiada batas

Dengan mencari jawab dari lembar-lembar halaman kitab suciku
akankah ada seseorang yang rela menjadi juru api perahu kertasku
menemaniku meretas tali-tali dan menjaring ikan di buritannya
sementara pemberat penambat perahu mulai tergerus deras air
padahal jangkar penahan gelombang dan arus dasar batang air itu
seribu seratus sepuluh kali lebih ringan dari perahu kertasku

Lelah kaki melangkah lelah mulut bertutur merajut kata
kutemukan jawaban itu bukan oleh mantera-mantera
tapi di halaman rumahku berserak di antara batu-batu
kupungut indah cantiknya dan kupigura kilauannya
cahayanya semua warna lebih terang dari lampu pemandu
kubawa dan kuberi tempat dekat tungku api perahu kertasku
lalu kerlap-kerlipnya mulai kumpulkan pasukan angin
kini tujuh belas putaran jam dinding terlewati
dan empat pulau indah menawan cantik tersandari
meski perahu kertasku mulai basah oleh air
tetap terus…dan terus memanggil-manggil angin

                                                          12 April 2011

Selasa, 29 Maret 2011

SURAT RINDU UNTUK ANAK-ANAKKU


(Yang sempat kutitipkan pada gelap pekatnya mendung sore ini)
Meski kaki dan ragaku tak injakkan sosok
seperti Jumat-Jumat malam telah berlalu
untuk menemui jiwa-jiwa dalam kepolosannya
hasrat saling menumpahkan panjangnya waktu
namun rohku telah mendahului melebarkan tangan
menyambut dan memeluk sejuknya dingin pagi
lantas gegas membangunkan lelap tidur embun
memandikan dengan mengalirkan air suka duka
membedaki sekujur tubuh mereka dengan taburan
nilai-nilai kebijak bajikan rindu rupa
meski hanya gambar foto usang termakan usia

Hausnya kerinduan yang berhenti pada pangkal leher ini
tersamarkan hamparan lautan kertas dan baris kolomnya
pula oleh ngiang kekeh-kekeh canda tawa deretan gigi susu
yang menghitam sebagian tanggal bukan karena tua

Dahaganya kerinduan yang nyaris meletupkan rasa takut
terkaburkan belantara kabut berkawan gelegar cemeti langit
wajah-wajah halus kecil pada lengan makin menggelayut
lemahkan keras kenyalnya kepiluan rasa iba menjadi bait

surat rinduku ini semakin jauh dari harap untuk segera sampai
terombang-ambing lajunya angin beriring kilatan pedang bunga api
yang mengabukan pucuk pohon angan-angan di tiap mahkotanya

Biarlah sampulnya terlumatkan lembab redup matahari
asal untaian kata dan rasa rinduku singgah pada kelambu
lalu membangunkan lelapnya mimpi si buah hati
lantas mereka merasakan betapa hangatnya pagi itu
karena kerinduan tak sampai membekukan roh dan raga kami
baru… seminggu kemudian jiwaku tiba lebih dahulu
menghampiri, memeluk, dan singgah 
pada angan mereka selamanya

                                                Surabaya, 29 Maret 2011

Kamis, 24 Maret 2011

BERTAHAN DI BATAS LANGIT

BERTAHAN DI BATAS LANGIT
Pada desah terakhir hentakan napas
bersamaan dan tepat tanpa selisih waktu
waktu rongga paru membusung menggelembung
menghimpun serpihan sisa waktu
dan lebihnya tertambat berjajar menanti panggilan
memacu jalan darah kehidupan
agar tetap kuasa berjalan pada sisi tebing
Kecemasan itu bertandang untuk ke sekian kali
mencoba mengabu-abukan merahnya kepucatan
dan mencoba memutihkan birunya semangat
sampai tak sisakan keindahan bagi kami
bahkan sempat memecahkan kaca cermin
yang tergantung tempat kami menilai diri sendiri
Suksma kami dinding anyaman kegetiran
berpori tatkala panas menghampiri
dan hangat saat tajamnya dingin menikam
tepat di tengah hitamnya ulu sunsum tulang
lalu melapuk mengikuti remang senja hari
dan napas tak lagi kembali pada sisa waktu
ini kali rongga penghimpun udara terinjak caci maki
lantas gelembung udara di dalamnya
berubah lagi menjadi serpihan bola-bola air
untung saja dada masih menyisakan kekuatan jiwa
dan bola-bola udara tak sampai tercecer
di sepanjang perjalanan hidup lalu pekat oleh debu
Meski kadar racun tak sampai memutuskan darah
tapi sempat pula menjadi pemberat penenggelam
yang nyaris membenamkan gelembung udara
yang tertiup dari mainan anak-anakku  
Tangan kami tetap erat berpegang
pada ujung bola-bola buih yang mulai mengeras
lantas dengan segera menerbangkan kami
sampai batas langit berbatas kertas tipis
dan rongga paru hidup kami mampu menarik
napas dalam-dalam sampai relungnya
hingga kami merasakan benar bahwa kami hidup
dan tetap di sana. . .di batas langit
menunggu kekuatan terhimpun lagi
dan bola-bola air sabun melayang ke atas
mengantar kami kembali
di sana . . .di batas langit
                                                Surabaya, 24 Maret 2011

CUKUP DI BAWAH ATAP IJUK JERAMI


Duli Paduka Tuan dan Tuhanku
Seharusnya engkau menolak dilahirkan di kandang kambing
Yang kotor lembab berbau penuh lalat tanpa penyekat dinding
Dalam remang tanpa lampu minyak zaitun pada kasur jerami mengering
Tanpa satupun dokter dan suster yang menjadi pendamping

Paduka Duli Tuan dan Tuhanku
Seharusnya memilih rumah bersalin kelas super mewah
Yang dinding dan lantainya batu pualam
Bertahtakan aneka warna rupa manik-manik permata indah
Dan dari tiap sudut gangnya tumpah ruah aroma rempah
Lalu tiap jengkal dari arah pembaringanMu
Terhampar sulaman terhalus sutera merah

Semestinya Yusup dan Maria orangtuaMu tidak perlu mengetuk pintu
Apalagi sampai mengiba mengharap belas tak terbalas
di sepanjang sisi badan jalan
Sementara di balik pintu daun-daun telinga semakin membatu
Karena sedang terlaksana pesta pora kepayang kenikmatan


Duli paduka Tuan dan Tuhanku
Kami mencoba mencari menemukan dan memahami
Segenap niat kehendak dan mauMU
“sulitnya melebihi jutaan rumus matematika, Tuan”
Kerdilnya akal budiku tak mampu menemukannya
Dari abjad a hingga huruf z berbagai kamus
Tak segera kutemukan lambang dan artinya

Duli Paduka Tuan dan Tuhanku
Aku heran mengapa tempat lahirmu
sama dengan rumah tinggalku ?
Kotor berbau berdebu tanpa lampu
Tanpa rempah dan minyak zaitun
Namun, ada kenikmatan mahal nilainya di sana
Yaitu kenyamanan untuk singgah dan berteduh
Meski atapnya tumpukan rumput jerami
Dan dindingnya anyaman bambu hitam
Tapi memancarkan kesucian meski dalam kesunyian

Ah…duli paduka Tuan dan Tuhanku
Semakin tak mengerti apa mauMu itu
aku kelelahan mencari Mu
dan mataku mulai sayu karena kantukku
terlelap….dalam sunyi…ada kenyamanan
dan bermimpi “itulah Aku, telah mengajarkanmu”
dalam kesederhanaanKU

                                         Surabaya, 24 Maret 2011

Kamis, 10 Maret 2011

KALIMAT IMBAUAN, SLOGAN & IKLAN, PENYUSUNAN IKLAN, WAWANCARA


Penulisan Kalimat  Imbauan

Kalimat imbauan adalah mengajak masyarakat untuk melakukan tindakan/ tidak. Kalimat imbauan ada yang bersifat langsung (dengan menggunakan kata harus, perlu dilarang, jangan, hendaknya) dan ada yang bersifat tidak langsung (menunjukkan akibat baik / buruk jika suatu tindakan dilakukan / tidak dilakukan. Langkah menyusun poster dan kalimat imbauan diringkas berikut :

.1. Menentukan perilaku apa yang harus dilakukan/dihindari (misalnya:     tidak mencari ikan dengan bahan peledak, harus menjaga keseimbangan sungai, harus menanami lahan gundul dengan pohon).

2. Menyusun kalimat larangan atau kalimat ajakan berkaitan dengan 
perilaku yang harus dilakukan/dihindari. Kalimat itu bisa bersifat langsung
mengajak/menyuruh. Ada juga yang.menyatakan secara tidak langsung
dengan menonjolkan dampak jika tidakdilakukan / dilakukan.
.

Mengomentari Penyusunan Kalimat Imbauan.

Untuk mengkritik/mengomentari kalimat imbauan ditekankan pada kemenarikan kata/kalimat, kepadatan isi kalimat, kejelasan, dan kesesuaian dengan tujuan, serta keotentikan kalimat himbauan.

Slogan dan Iklan

Karakteristik Slogan

Contoh Slogan
(1) Hidup berdampingan secara Damai
(2) Menjalin Persatuan dan Kesatuan. (Slogan TVRI)
(3) Berjuang dengan ikhlas (Slogan Depag)

Slogan adalah perkataan datau kalimat pendek yang menarik atau mencolok dan mudah di ingat untuk memberitahukan /menjelaskan tujuan atau visi suatu ideologi golongan, organisasi politik, atau perusahaan.

Pernyataan yang hampir sama dengan slogan adalah motto dansemboyan.

Moto  1. Kalimat, frase, atau kata yang digunakan sebagai semboyan, 

               pedoman, atau prinsip seperti “berani karena benar.”
.........2. Kalimat (frase, kata) yang tertera di atas sebuah karangan,        

               yang  secara singkat menunjukkan pendirian atau tujuan 
               pengarang.

Semboyan : Perkataan atau kalimat pendek yang dipakai sebagai dasar tuntunan (pegangan hidup), intisari dagang.

Mengkritik Penyusunan Slogan

Untuk mengkritik/mengomentari slogan ditekankan pada kemenarikan kata (unik mudah diingat), kepadatan isi kalimat, dan kesesuaian dengan tujuan, serta keotentikan slogan.

Langkah menyusun Slogan

1. Menentukan visi dan tujuan
2. Menggambarkan keseluruhan tujuan dengan kalimat singkat yang 

     menarik dan mudah diingat masyarakat.
3. Memilih kata yang menarik dan perulangan bunyi yang menarik.

Penilaian terhadap slogan ditekankan pada kepadatan isi (singkat), kesesuaian slogan dengan tujuan, keaslian slogan.

Penyusunan Iklan


Karakteristik Isi dan Bahasa dalam Iklan

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) iklan didefinisikan (1) berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan dan (2) pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual dan dipasang di dalam media massa (seperti surat kabar dan majalah) atau ditempat-tempat umum.

Untuk memperdalam pemahamanmu tentang iklan amati contoh di bawah ini :

(1) .Jernihkan hati di bulan suci curahkan cinta untuk keluarga sajikan 
        hidangan istimewa dari Filma
(2) .Atasi gangguan kulit dengan IMAGINE.
(3) .Intip listriknya ... Buktikan sendiri bedanya! Blender NASIONAL hanya 
        190 watt! Hemat dan Tepat!
(4) .Belum pernah ada tabungan seaman dan seuntung ini.     
        Bergabunglah dengan kami di BNI.

Dari segi isi, iklan dapat berisi ajakan, kalimat untuk memuji, dan penggunaan kata serta perulangan bunyi dalam iklan berikut.

• Pakailah Daia lupakan yang lain! (mengajak langsung memakai)
• Pertahankan kecantikan alami kulit dengan LUX. (menyuruh langsung)
• Bergabunglah bersama kami (gunakan jasa kami)
• Buktikan sendiri! (cobalah menggunakan/memakai)
• Jangan lewatkan kesempatan ini! (gunakan kesempatan untuk 
   mengikuti/menghadiri)
• Kutunggu keikutsertaan kalian! (mari ikut serta dalam kegiatan ini)
• Semua orang pakai, bagaimana dengan anda? (seharusnya Anda juga    

    memakai)

Perulangan bunyi dalam iklan
Curahkan cinta untuk keluarga Sajikan hidangan istimewa dari Filma.
Maxsim awetnya maksimal.

Memuji dalam iklan
Bayer jaminan mutu
Mana ada bank yang seaman dan seuntung ini?
Surf mencuci sepintar merk mahal
Phanter rajanya diesel

Berkelompoklah untuk mencari contoh lain berkaitan dengan kalimat ajakan dalam iklan, kalimat memuji, dan perulangan bunyi dalam iklan.


Langkah Penyusunan Iklan

1. Menentukan identitas barang/jasa yang akan diiklankan
2. Merinci karakteristik barang/jasa yang akan diiklankan
3. Merinci masalah atau kebutuhan sasaran iklan berkaitan dengan    
     barang/jasa yang diiklankan. Rincian ini berguna untuk menyusun 
     kalimat yang menunjukkan alasan pemakaian barang /jasa.
4. Menyusun kalimat pujian tentang keunggulan barang/jasa,
dilakukan/ 
    dihindari.
5. Menyusun kalimat ajakan agar orang memakai barang / jasa  yang
   
    diiklankan. Kalimat itu bisa bersifat langsung mengajak 
    dengan kalimat perintah/ajakan. Kalimat juga dapat bersifat tidak 
    langsung (dengan menunjukkan akibat negatif atau  positif).
6. Memilih kata dan kalimat yang menarik dari segi bentuk dan 
    perulangan bunyinya.
7. Menata nama dan ciri barang/jasa, ajakan untuk memakai / mengikuti, 
    alasan memakai, keunggulan barang/jasa menjadi wacana iklan yang 
    menarik (tidak harus urut).
.
Menanggapi Iklan
Untuk mengkritik/mengomentari kalimat dalam iklan ditekankan pada kemenarikan kata/kalimat/perulangan bunyi, kepadatan isi kalimat, kejelasan, dan kesesuaian dengan barang/jasa yang diiklankan, serta kesesuaian dengan masalah/kebutuhan sasaran iklan.
Wawancara

Wawancara adalah kegiatan mengajukan pertanyaan kepada nara sumber untuk memperoleh data/informasi tertentu sesuai dengan tujuan yang telah titetapkan. Wawancara merupakan salah satu tehnik untuk memperoleh data.

Prinsip wawancara

1. Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan tujuan wawancara
2. Pertanyaan hendaknya lengkap (rinci) sehingga seluruh aspek yang dicari dapat didapatkan.
3. Kalimat tanya yang digunakan jelas dan sesuai dengan struktur kalimat.tanya bahasa Indonesia.
4. Bahasa yang digunakan santun dan sesuai dengan siapa narasumber yang diwawancarai.