Senin, 05 Desember 2011

SENJA PEREMPATAN NADI SURABAYA

Pada pelana punggung sepeda motor tuanya
lelaki paruh baya menyusuri senja
pada jantung kota detak nadinya melemah
bersama redupnya hingar bingar berbagai ulah
perhelatan kolosal perjalanan naskah kehidupan
di pentas panggung terbesar karya tangan Tuhan

Kanan kirinya gedung-gedung sedang mengalami obesitas
gedung yang tak pernah mau memangkas runcing kuku jari
bahkan sengaja agar tajamnya mampu mencabik birunya langit
bersamaan waktunya kelembutan tangan renta kota
mencoba menimang dan menidurkan tiga juta rasa
yang belum terlampiaskan dan tak sempat terejakulasi hari itu

Sebab malam akan segera menyergap antagonisnya kota
lalu kekacauan terendapkan oleh kemanjaan senja
meski jalan pendulum arlojinya berbalik arah ke kiri

Tatapan mata lelaki paruh baya tersandera
oleh hijau kuning dan merahnya pengatur pacuan hidup
tepat pada sasaran senyum si penarik becak
tangannya menggelincirkan upah hasil menggadaikan nafas
dengan harapan impas membeli obat luka pada kakinya

Di bawah meranggasnya ranting peneduh perempatan persimpangan
anak perempuan kecil mengulang-ulang hitungan keping logam
jerih susah melemahkan ketamakan hati penikmat kemolekan kota
dari bibir menghitamnya terdengar nyanyian tak jelas nadanya
sesekali rapuh ranting kering terhempas hembusan angin
terjatuh menyentuh kepala menempel pada rambut lusuhnya
tapi sayang harapannya untuk bisa mendengar gemerincing
kepingan uang logam hasil hitungnya tak senyaring
bersatunya tutup-tutup botol minuman soda pada bilah kayu
yang setia mengiringi tidak merdunya setiap alunan nada

Di sudut jalan masih di perempatan persimpangan yang sama
anak lelaki memeluk erat koran di antara lutut dan harapannya
di bawah kanopi sebuah toko roti yang belum pernah ia rasai
tangan kirinya erat pula menggenggam lembar-lembar uang kumal
habis waktu datang dan perginya hujan berakhir gerimis
imbalan warta dan berita tentang permainan nasib kota
yang telah berhasil dijualnya senja itu pula

Tetap di perempatan persimpangan tengah kota
lelaki paruh baya menyusuri senja
bersama ratusan gambar gaya hidup manusia
dari si melarat si sedang sampai si kaya maha raya
dalam ereksi keinginan berbeda harga jangkauan
terukur oleh tiga warna kuning merah dan hijau
untuk segera melesatkan roda ke tujuannya

perempatan persimpangan berikut tetap berlanjut
lelaki paruh baya menyusuri senja bertemu tiga warna yang sama
warna penanda pacu kendali kencangnya kehidupan
tetapi bayangan penarik becak perempuan kecil usia belia
tubuh kumal anak lelaki yang memeluk koran dan kota
melengkapi tiga warna senja persimpangan kehidupan
menjadi hijau kuning merah dan hitam
sepekat hitamnya mendung senja itu
sehitam asap cerobong knalpot sepeda motor tuanya

Surabaya, 24 November 2011