TIBA WAKTUKU
WAKTUMU
Kali ini jiwa sedang mencoba mendapat harap
Jauh nun jauh dari
kecintaanku pada kuali
Tempat menyimpan
kakakku ketuban kawah
Dan adikku tembuni
lumbung makanan dan napasku
Jauhnya tak
seputih mingguan rasa rindu
Jaraknya tak sebesar
keinginan pulang
Jumlahnya tak
sehitung lebarnya saku
Jengkalnya tak
sederu jalan riuh lantang
Setengahnya jalan
hidup sudah terlampaui
Selebihnya tinggal
menunggu menanti
Menunggu semaian
bunga buah berganti
Menanti terurai
senyum merekah pagi
Jemari tak lagi hendak
memenuhi genggaman
Asal nyanyian
dendang lagu terdengar tiap hari
Keperkasaanku
sedang menuju pelemahan alami
Surut menyusut
segala samar kabur pandangan
Aku merasakan saat
ini
Kamu mungkin sudah
lebih mendahului
Atau sedang akan
mengalami nanti
Terima saja ini
bagianku dan bagianmu
Setidaknya ada
peran dalam drama kolosal kehidupan
Pernah kita jalani
dan kita tokohnya
Yang dimainkan
dalam semua ketentuan aturan Tuhan
Biarkan penonton
memenuhi bangku penuh kutu
Jangan kita
berpaling oleh tepuk tangan mengharu biru
Aku merasakan saat
ini
Kamu mungkin sudah
lebih mendahului
Atau sedang akan
mengalami nanti
Terima saja ini
bagianku dan bagianmu
Surabaya,
09 September 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar