Rabu, 09 September 2015

SETIBANYA WAKTU


TIBA WAKTUKU WAKTUMU

Kali ini jiwa  sedang mencoba mendapat harap
Jauh nun jauh dari kecintaanku pada kuali
Tempat menyimpan kakakku ketuban kawah
Dan adikku tembuni lumbung makanan dan napasku

Jauhnya tak seputih mingguan rasa rindu
Jaraknya tak sebesar keinginan pulang
Jumlahnya tak sehitung lebarnya saku
Jengkalnya tak sederu jalan riuh lantang

Setengahnya jalan hidup sudah terlampaui
Selebihnya tinggal menunggu menanti
Menunggu semaian bunga buah berganti
Menanti terurai senyum merekah pagi

Jemari tak lagi hendak memenuhi genggaman
Asal nyanyian dendang lagu terdengar tiap hari
Keperkasaanku sedang menuju pelemahan alami
Surut menyusut segala samar kabur pandangan

Aku merasakan saat ini
Kamu mungkin sudah lebih mendahului
Atau sedang akan mengalami nanti
Terima saja ini bagianku dan bagianmu

Setidaknya ada peran dalam drama kolosal kehidupan
Pernah kita jalani dan kita tokohnya
Yang dimainkan dalam semua ketentuan aturan Tuhan
Biarkan penonton memenuhi bangku penuh kutu
Jangan kita berpaling oleh tepuk tangan mengharu biru

Aku merasakan saat ini
Kamu mungkin sudah lebih mendahului
Atau sedang akan mengalami nanti
Terima saja ini bagianku dan bagianmu
                            Surabaya, 09 September 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar