(letupan kekhawatiran berubahnya nilai
ajaran sikap)
Kelas..tempat persegi empat berjendela atau
tanpanya
Laksana bilik jantung pemompa aliran darah
seluruh tubuh
Di situlah aku biasa menempa baja membentuk
cerita
Agar buku dongengku terbaca dan laku
menjelajah dunia
Di situlah aku selalu menggunakannya
membentuk jiwa
Setidaknya mengenalkan muridku bijak santun
tutur dan kata
Biar tinggi martabat karena pekerti tak
lagi mati
Di situlah
biasanya aku menajamkan tumpulnya kepekaan
Membuat muridku sadar ternyata tak mudah
membuka mata dan memancing senyum dunia
Siang ini ceritaku tak gayung bersambut
putus dan pupus
Leherku tersedak fonem vocal suku kata
frase klausa dan kalimat
Aku telah kau buat menjadi bisu karena lidahku
kelu
Aku kehilangan paragraf dari semua kerangka
cerita rancanganku
Kekecewaanku laksana ukuran kacaunya alur
maju dan mundur
Pucat pasiku telah menenggelamkan keutuhan akhir cerita
Suapan yang nyaris menghampiri mulut tumpah
sudah
Mengotori lantai benak penokohan pikiranku
dan muridku
Begitu gampang dan kecilnya arti sebuah
harga “menghargai”
Begitu mudah dan murahnya harga
“menghormati keadaan”
Begitu tak berdayanya sebuah proses
membentuk terjadi
Etika tata karma kaidah kebenaran hikmat
terabrasi profesi
Oleh keinginan merasa “selagi” demi nama
yang dipaksakan
Siang itu hakku mendongengkan cerita pada
muridku terlanggar
Lenyap seketika terebut mimpi sang pemimpi
siang hari
Tokoh dalam ceritaku terusir dari jalan
cerita meninggalkan buku
Lantas menghampiri dan menginjak-injak
nilaiku sebagai guru
Tak ada tempat menghargai, terhapus nilai
etika budi pekerti
Dan legenda mitos hikayat negeri dongeng
hilang sakralnya
Belajar telah kehilangan kata, proses sudah
kehilangan makna
Aku dan muridku terpelanting berlari dari
meja kursi
Mirip padagang di trotoar jalan terkejar
petugas ketertiban
Mencari bangku baru menyambung putusnya
cerita
Biar tiada angin
meredam asal mendapat layar pedoman
Bagiku sejuk bukan
jaminan indahnya membangun kata
Tapi biarlah siapa pun dirimu apa pun aku
Tergesernya kesetaraan hak menghapus papan
tulis kelas
Tergusurnya kesakralan rangkaian cerita menata bahasa
Tak melekangkan niatku menceritakan nilai
hidup bersama muridku
Surabaya, 20 Agustus 2015
Surabaya, 20 Agustus 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar