Pada
pelana punggung sepeda motor tuanya
lelaki
paruh baya menyusuri senja
pada
jantung kota detak
nadinya melemah
bersama
redupnya hingar bingar berbagai ulah
perhelatan
kolosal perjalanan naskah kehidupan
di pentas
panggung terbesar karya tangan Tuhan
Kanan
kirinya gedung-gedung sedang mengalami obesitas
gedung
yang tak pernah mau memangkas runcing kuku jari
bahkan
sengaja agar tajamnya mampu mencabik birunya langit
bersamaan
waktunya kelembutan tangan renta kota
mencoba
menimang dan menidurkan tiga juta rasa
yang belum
terlampiaskan dan tak sempat terejakulasi hari itu
Sebab
malam akan segera menyergap antagonisnya kota
lalu
kekacauan terendapkan oleh kemanjaan senja
meski
jalan pendulum arlojinya berbalik arah ke kiri
Tatapan mata
lelaki paruh baya tersandera
oleh hijau
kuning dan merahnya pengatur pacuan hidup
tepat pada
sasaran senyum si penarik becak
tangannya
menggelincirkan upah hasil menggadaikan nafas
dengan
harapan impas membeli obat luka pada kakinya
Di bawah
meranggasnya ranting peneduh perempatan persimpangan
anak
perempuan kecil mengulang-ulang hitungan keping logam
jerih
susah melemahkan ketamakan hati penikmat kemolekan kota
dari bibir
menghitamnya terdengar nyanyian tak jelas nadanya
sesekali
rapuh ranting kering terhempas hembusan angin
terjatuh
menyentuh kepala menempel pada rambut lusuhnya
tapi
sayang harapannya untuk bisa mendengar gemerincing
kepingan
uang logam hasil hitungnya tak senyaring
bersatunya
tutup-tutup botol minuman soda pada bilah kayu
yang setia
mengiringi tidak merdunya setiap alunan nada
Di sudut
jalan masih di perempatan persimpangan yang sama
anak
lelaki memeluk erat koran di antara lutut dan harapannya
di bawah
kanopi sebuah toko roti yang belum pernah ia rasai
tangan
kirinya erat pula menggenggam lembar-lembar uang kumal
habis
waktu datang dan perginya hujan berakhir gerimis
imbalan
warta dan berita tentang permainan nasib kota
yang telah
berhasil dijualnya senja itu pula
Tetap di
perempatan persimpangan tengah kota
lelaki
paruh baya menyusuri senja
bersama
ratusan gambar gaya
hidup manusia
dari si
melarat si sedang sampai si kaya maha raya
dalam
ereksi keinginan berbeda harga jangkauan
terukur
oleh tiga warna kuning merah dan hijau
untuk
segera melesatkan roda ke tujuannya
perempatan
persimpangan berikut tetap berlanjut
lelaki
paruh baya menyusuri senja bertemu tiga warna yang sama
warna
penanda pacu kendali kencangnya kehidupan
tetapi
bayangan penarik becak perempuan kecil usia belia
tubuh kumal
anak lelaki yang memeluk koran dan kota
melengkapi
tiga warna senja persimpangan kehidupan
menjadi
hijau kuning merah dan hitam
sepekat
hitamnya mendung senja itu
sehitam
asap cerobong knalpot sepeda motor tuanya
Surabaya, 24 November 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar