Tuhan pagi ini aku ingin
berdoa bersama sembilanbelas muridku
Di kelas meski tanpa hening
sunyi karena hati mereka enggan
Melupakan nikmatnya sarapan
pagi tadi bersama pembantunya
Tuhan pagi ini aku berdoa
bersama enambelas muridku
Di kelas meski tanpa ada
kesenyapan dini hari
Karena tiga muridku tak
masuk kelas “sakit” kata ibunya
Meski sesungguhnya
keyakinanku berkata mereka masih lelap tidur
Karena semalam hingga
jelang fajar terkena tipuan permainan
Dunia tak sebenarnya maha
cipta teknologi yang makin men”dewa”
Tuhan pagi ini aku berdoa
bersama sepuluh muridku
Di kelas tetap dalam
kegaduhan yang membentuk pola kebiasaan
Karena sembilan muridku
sengaja tak menampakkan kesatriaannya
Hanya untuk memamerkan
solidaritas lepas kendali
Tuhan pagi ini aku masih
berdoa bersama tiga muridku
Di kelas masih dalam
keriuhan gaya
belajar hidup mereka
Bak lebah rimba menjaga
sarang madunya
Karena delapan muridku
sakit yang delapan tertular wabahnya
Tuhan pagi ini aku berdoa
sendiri tanpa satu pun muridku
Kali ini dengan keramaian
hiruk pikuk tanda tanya hatiku
dimana kemana sedang apa dan bagaimana mereka
Tuhan, aku ingin berdoa
besok pagi di kelasku
Dalam kesenyapan hening
sunyi tanpa kegaduhan pikiran
Tanpa keriuhan suara
dengung lebah penyengat kepala
Bersama sembilan belas
muridku
Mudah-mudahan serum
imunisasi saat ia bayi
Mengebalkan dirinya dari
pengaruh kerapuhan
Pikiran jiwa kepribadian
karakter dan ketaatannya padaMu
Dan amin dalam doaku tak
sia-sia
Surabaya,
15 November 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar