Rabu, 29 April 2009

PUISI AKHIR APRIL

PERJANJIAN

Kalau kamu ingin menikmati
tidak nikmatnya jantung kota
inilah waktunya
Kalau kamu ingin mendengar dan menebar
muluknya janji yang melambungkan jiwa
dan mungkin tak ditepati
sekaranglah saatnya
Kalau kamu ingin ledakkan serapah
Pada tiap wajah yang dijual murah
lewat foto-foto pada etalase pohon
lakukan sekarang
Kalau kamu ingin semakin dalam
menjerumuskan bangsamu
dan jika ada sedikit keinginanmu
mengangkat bangsa ini
dari setiap sendi kenistaan
sekaranglah waktu yang tepat
lewat nadi pemilihan
pesta pora lima tahunan bangsa ini
                   Surabaya, 29 April 2009



KEBUNTUAN


Tak kutemukan juga retaknya celah
Ketika anganku mulai meletup-letup
Dalam mendidihnya air di kepala
Dan buihnya melepuhkan hasrat
Mencoba menuang panas pada gelas
Untuk dihidangkan tapi bukan sesaji
Yang hanya membusuk
Di tiap sudut ujung dan tepi
Mengalirnya menyusur kepala
Mencoba merapat sampai ke muara
Busanya tak uapkan harum wangi
Karena tersumbat pada palang hati
Hasrat memuntahkan semakin jadi
Rasa mualnya menggigit ulu hati
Semakin lekatkan, tiap mata terkatub
Semakin kuat, erat kunci menutup
Persalinan waktu tak lahirkan angan
Semakin jauh menghabiskan waktu
Semakin lemah surutkan semangat
Dan angan itu menjadi lumpuh
                        Surabaya, 29 April 2009


ANAK PEREMPUANKU

(saat berada di lintas hari-hari ujian nasional
“Aku tahu anakku…,
kalau tiba di hari masa waktu
kau tak hiraukan cantikmu lagi
dan kau hanya coba hampiri
tiap bekal ilmu pemberian gurumu
yang kau simpan di botol minummu
lewat makin menumpuk seribu buku
dan tinggi di meja belajarmu

Aku menyadari buah hatiku…,
kau coba bawakan harapanku
lewat keranjang pada sepeda biru
yang anyamannya merenta
berkarat dan lepas termakan usia

Aku ingat manisku…,
berperantara sepatu lama
yang ujungnya semakin melukai
ibu jari kakimu
kau mencoba berlari membawa asa
agar cepat menggapai batas jiwa

Kau pertaruhkan segala anganmu
lewat pergumulan untuk lampaui
tiap ujung mata akal diuji “

Coba gelembungkan kesalmu itu, anakku
saat hari-hari seindah hari ini
Tuangkan semua bekal yang kau bawa,anakku
saat matahari sehangat hari ini

Kelak sinarnya yang bak permadani
akan kau daki dan telapaki
hingga dunia yang sebenarnya
tersenyum menghampirimu
                                                       Surabaya, 29 April 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar