Ketajaman sorot matamu mematahkan nyali tiupan angin
penghancur
Yang akan memerahkan warnamu
Menghalau asin air laut saat hendak
memporak-porandakan
Untaian manikam nusantara tanah katulistiwa
Yang akan merubah jati diri warnamu
menjadi merah
Agar biji bernilai kebangsaan yang luhur dan adiluhung
tumbuh bersemi
Tulang kerangka sayapmu kokoh tatkala menerbangkan
keinginan
Dari ujung Aceh tanah kota serambi Mekah hingga Papua
berlembah-lembah
Agar warnamu tak berubah merah
Runcing dan dahsyat patukan paruhmu mampu memilah biji-bijian
membenamkannya pada tanah jiwa dalam dua iklim panas
dan hujan
Lalu hancurkan ulat belalang wereng pengerat batang
Hama berliur racun yang mengeroposkan sendi-sendi
keragaman
Yang akan mengubahmu berwarna merah
Lembar-lembar bulu halusmu mampu menyejukkan sudut
kebangsaan
Dan menggelorakan satu tumpah darah dan tanah air
dalam keragaman warna yang tak kusam selamanya kecuali ada hasrat kemunafikan
Mencoba memerahkan warnamu
Cengkeraman jari-jari kakimu menggenggam ika
kebhinekaan
Siap merobek dan mengoyak kekuatan ambisi bersarung
tangan
Yang sengaja akan mengubahmu dalam satu
warna merah
Kemuliaan kami karena membanggakanmu dalam tiap gerak
langkah
Dan meradangkan patriotisme kami saat melantunkan
marsmu
Terlebih saat ambisi tangan-tangan berdarah mengubah
warna emasmu
Menjadi merah menyamarkan perisai kalung lima sila di
lehermu
Warnamu emas karena begitu bernilainya tiap helai bulu
dadamu
Sejak awal ketika tertatih-tatih laksana embrio bangsa
mencoba merangkak lambang gula kelapa Majapahit mulai dikenal bangsa pedagang
seberang
Dan Mataram meniupkan sangkakala akhlak didengar
bangsa hidung panjang
Warnamu tetap emas kuning berkilau karena begitu
berharga
Kebanggaanku panas api menggelora tak terpadamkan
dengan menempelkannya di dinding rumah anyaman bambu
dan dinding jiwa-jiwa yang mengaku akulah Indonesia
Akankah saudara-saudara kandungku di negeri ini tuli
tak peduli?
Lantas harkat martabat kemashuran beradabnya
terlecehkan?
Garuda tetap di dadaku dan tetap kuning keemasan
Bukan garuda merah yang kuku-kukunya berbau darah…
Surabaya,
2 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar