Rabu, 02 Juli 2014

GARUDAKU EMAS BUKAN MERAH DARAH


Ketajaman sorot matamu mematahkan nyali tiupan angin penghancur
Yang akan memerahkan warnamu

Menghalau asin air laut saat hendak memporak-porandakan
Untaian manikam nusantara tanah katulistiwa
Yang akan merubah jati diri warnamu menjadi merah

Agar biji bernilai kebangsaan yang luhur dan adiluhung tumbuh bersemi
Tulang kerangka sayapmu kokoh tatkala menerbangkan keinginan 
Dari ujung Aceh tanah kota serambi Mekah hingga Papua berlembah-lembah
Agar warnamu tak berubah merah

Runcing dan dahsyat patukan paruhmu mampu memilah biji-bijian
membenamkannya pada tanah jiwa dalam dua iklim panas dan hujan
Lalu hancurkan ulat belalang wereng pengerat batang
Hama berliur racun yang mengeroposkan sendi-sendi keragaman
Yang akan mengubahmu berwarna merah

Lembar-lembar bulu halusmu mampu menyejukkan sudut kebangsaan
Dan menggelorakan satu tumpah darah dan tanah air dalam keragaman warna yang tak kusam selamanya kecuali ada hasrat kemunafikan
Mencoba memerahkan warnamu

Cengkeraman jari-jari kakimu menggenggam ika kebhinekaan
Siap merobek dan mengoyak kekuatan ambisi bersarung tangan
Yang sengaja akan mengubahmu dalam satu warna merah


Kemuliaan kami karena membanggakanmu dalam tiap gerak langkah
Dan meradangkan patriotisme kami saat melantunkan marsmu
Terlebih saat ambisi tangan-tangan berdarah mengubah warna emasmu
Menjadi merah menyamarkan perisai kalung lima sila di lehermu

Warnamu emas karena begitu bernilainya tiap helai bulu dadamu
Sejak awal ketika tertatih-tatih laksana embrio bangsa mencoba merangkak lambang gula kelapa Majapahit mulai dikenal bangsa pedagang seberang
Dan Mataram meniupkan sangkakala akhlak didengar bangsa hidung panjang

Warnamu tetap emas kuning berkilau karena begitu berharga
Kebanggaanku panas api menggelora tak terpadamkan
dengan menempelkannya di dinding rumah anyaman bambu
dan dinding jiwa-jiwa yang mengaku akulah Indonesia

Akankah saudara-saudara kandungku di negeri ini tuli tak peduli?
Lantas harkat martabat kemashuran beradabnya terlecehkan?

Garuda tetap di dadaku dan tetap kuning keemasan
Bukan garuda merah yang kuku-kukunya berbau darah…

                                                                        Surabaya, 2 Juli 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar