Sukmaku mengelana pada kesunyian
ditemani cerik’an burung
penghujung malam
selaras bergeseknya bulu sayap
serangga
meluluh lantak risau sepi
keheningan
saat dinginnya kegelapan mulai
membekukan
Mengalun pujian kepada Sang
Penguasa jagat raya
dalam kesetiaannya menjadi kawan
kesendirian
lambat laun menghangatkan
menggigilnya jiwa
menahan terkatupnya mata semalam
ini
untuk menunggu senyuman pagi
matahari
dalam janji harapan yang selalu
baru
Malam masih saja pada ujung
kesenyapan
enggan beranjak dari poros dua
kutubnya
di timur sang penghangat tak
segera menyesak
memakin melelapkan tidurnya akar
pepohonan
dan pujian penyembahan tetap pada
alunan
Putaran arah waktu nyaris
menghentikan kehidupan
semakin melambatkan singgahnya
harapan
Tapi Sang mahakarya mengetahui
gundahnya hati
ia meniupkan kelembutan hatiNya
lewat ventilasi dan rongga-rongga
kamarku
agar malam digantikan kawan pagi
pagi bergegas berlalu membawa
siang
lalu semua makhluk mendapatkan
harapan
menjadi lebih dari sekadar impiannya
semalam
dalam gegap gempita sorak-sorai
rohku
yang tidak lagi dalam kering
dahaga
seperti pada malam tepat di
ujungnya
tak lama lagi siang akan membawa
petang
petang menarik kegelapan malam
Kembali sukmaku mengelana pada
kesunyian
berteman burung dan belalang
pemilik sepi
tiap lima malam berganti hari dan dini
sepanjang di sisa usia tetap
menjaga harapan
memohon pagi hari segera
mengunjungi
karena ada karunia baru silih berganti sepanjang pagi
Surabaya, 7 Agustus 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar