Rabu, 01 Juni 2011

MENJAWAB KEGUNDAHAN HATI

-->
PEMBICARAAN
Untuk sementara kesepakatan kita belum putus
harapan kecemasan sengaja diambangkan
menginjak tanah tanpa berani bersuara
sampai sang penentu mengetukkan palu
tanpa jalan persidangan dan tanpa pertimbangan
tak mengalahkan tetapi juga tidak memenangkan

Bibir pecah kering lahirkan kata-kata iba
bergumamnya pun  disambut sia-sia
mungkin suara kita tak sempat singgah
datang bertandang pada perjamuan
padahal kemerduan pembicaraan kita
memenuhi pundi-pundi tembikar

Harapan terlemparnya galah di tiap ombakku
tidak gegas roboh dari rumpunnya
meski hari sudah hampir gelap
seketika melemahkan syahwat duniaku

Apakah kita mesti berteriak dalam bicara?
Yang tiap kata dalamnya diasah dulu dengan gerinda batu?

Pembicaraan kita tetap pada bujur
penunjuk arah selatan utara
dan tiap kata-kata kita bicara
tetap ada riak-riak sebagai tanda hormat
tidak berubah tetap pada sumbu kutubnya

Aku mengerti karena kutub berbalik arah
ternyata pembicaraan harus melibatkan lidah
dan jangan anggukkan kepala dengan mudah
sebab harapan pada akhir maksud bisa tak indah

Seperti pembicaraanku kala itu
Sekarang dan mungkin esok

                                      Surabaya, 12 Mei 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar