Selasa, 07 Agustus 2012

MENYENDIRI

Sukmaku mengelana pada kesunyian
ditemani cerik’an burung penghujung malam
selaras bergeseknya bulu sayap serangga
meluluh lantak risau sepi keheningan
saat dinginnya kegelapan mulai membekukan

Mengalun pujian kepada Sang Penguasa jagat raya
dalam kesetiaannya menjadi kawan kesendirian
lambat laun menghangatkan menggigilnya jiwa
menahan terkatupnya mata semalam ini
untuk menunggu senyuman pagi matahari
dalam janji harapan yang selalu baru

Malam masih saja pada ujung kesenyapan
enggan beranjak dari poros dua kutubnya
di timur sang penghangat tak segera menyesak
memakin melelapkan tidurnya akar pepohonan
dan pujian penyembahan tetap pada alunan

Putaran arah waktu nyaris menghentikan kehidupan
semakin melambatkan singgahnya harapan

Tapi Sang mahakarya mengetahui gundahnya hati
ia meniupkan kelembutan hatiNya
lewat ventilasi dan rongga-rongga kamarku
agar malam digantikan kawan pagi
pagi bergegas berlalu membawa siang
lalu semua makhluk mendapatkan harapan
menjadi lebih dari sekadar impiannya semalam
dalam gegap gempita sorak-sorai rohku
yang tidak lagi dalam kering dahaga
seperti pada malam tepat di ujungnya
tak lama lagi siang akan membawa petang
petang menarik kegelapan malam

Kembali sukmaku mengelana pada kesunyian
berteman burung dan belalang pemilik sepi
tiap lima malam berganti hari dan dini
sepanjang di sisa usia tetap menjaga harapan
memohon pagi hari segera mengunjungi
karena ada karunia baru  silih berganti sepanjang pagi

                                      Surabaya, 7 Agustus 2012