Rabu, 01 Juni 2011

PEMBUAT PILU (PEMILU)

-->
MARI BICARA

mari kita mulai bicara
bicara tentang Atmo si sopir taksi
tak banyak uang dia punya
seketika kaya raya dalam mimpi
punya rekening isinya ratusan juta
pelarian pajak dan mafia

mari kita mulai bicara
bicara tentang Ryan bernyali besar
cita-citanya sebagai pedagang daging
kandas di gelapnya kamar penjara
karena cincangannya daging manusia

mari kita mulai bicara
tentang mbah Minah di Banyumas
nemu kakao ketika mencari kayu
masuk penjara dan impas

mari kita mulai saja bicara
tentang TKW Sumiati dan Siti Hajar
gajinya devisa bagi Negara
tetapi  badannya memar-memar

mari kita mulai saja bicara
pembangunan gedung kemurkaan
biayanya rampokan rakyat jelata
pondasinya lapuknya gedung sekolah
tiang pancangnya beralas kelaparan
jiwa-jiwa di pelosok negeri yang kurang gizi

mari segera saja bicara
tentang idealisme para mahasiswa
teriakannya sepanjang hayat
katanya berdemo demi rakyat
eh..akhirnya malah berkhianat

mari jangan ragu bicara tentang Inong Melinda
yang sakti mandraguna bisa mengubah tubuhnya
dari bola kasti menjadi sebesar semangka
bukan sembarang nama kumpulan mobilnya
untuk  membawa uang nasabahnya

mari jangan ragu bicara
tentang segala jenis bom
yang suara meledaknya
hanya mengagetkan tidur bayiku
agar kabar tertangkapnya pejabat
pengemplang duit dan harta rakyat
tersamar kabur dari pandangan
sampai pelakunya juga kabur

mari jangan ragu bicara
tentang manusia  wakil kita “si dewan”
tapi ngaku menjadi “dewa” pada siapa saja
yang kuasa memuluskan segala perkara
sambil nonton tayangan asusila
saat rapat dewan paripurna

mari kita ngaku saja berbicara
semua rusaknya sendi bangsa dan negara
tak jelasnya keadaan nasib dan arah bangsa
karena memang demikianlah keadaan sebenarnya
di sini di negeri ini
yang katanya gemah ripah loh jinawi
thukul tanpo tinandur murah tanpo tinuku
konon menurut pelajaran dan diktat serta buku
beradab dan beradat

mari sekarang dengan malu kita bicara
jika terlalu malu bisa sambil bersembunyi
“mengapa ini terjadi di tanah ibu pertiwi?”

Jangan lari…mari kita benahi !

                                     

                                      Surabaya, 12 Mei 2011

MENJAWAB KEGUNDAHAN HATI

-->
PEMBICARAAN
Untuk sementara kesepakatan kita belum putus
harapan kecemasan sengaja diambangkan
menginjak tanah tanpa berani bersuara
sampai sang penentu mengetukkan palu
tanpa jalan persidangan dan tanpa pertimbangan
tak mengalahkan tetapi juga tidak memenangkan

Bibir pecah kering lahirkan kata-kata iba
bergumamnya pun  disambut sia-sia
mungkin suara kita tak sempat singgah
datang bertandang pada perjamuan
padahal kemerduan pembicaraan kita
memenuhi pundi-pundi tembikar

Harapan terlemparnya galah di tiap ombakku
tidak gegas roboh dari rumpunnya
meski hari sudah hampir gelap
seketika melemahkan syahwat duniaku

Apakah kita mesti berteriak dalam bicara?
Yang tiap kata dalamnya diasah dulu dengan gerinda batu?

Pembicaraan kita tetap pada bujur
penunjuk arah selatan utara
dan tiap kata-kata kita bicara
tetap ada riak-riak sebagai tanda hormat
tidak berubah tetap pada sumbu kutubnya

Aku mengerti karena kutub berbalik arah
ternyata pembicaraan harus melibatkan lidah
dan jangan anggukkan kepala dengan mudah
sebab harapan pada akhir maksud bisa tak indah

Seperti pembicaraanku kala itu
Sekarang dan mungkin esok

                                      Surabaya, 12 Mei 2011